Pengobatan dan Penatalaksanaan Asma pada Anak
SEBAGAI penyakit yang dapat mengenai setiap golongan usia, asma lebih sering menyerang anak-anak. Asma disebabkan penyempitan saluran bronkus disertai proses peradangan pada saluran pernafasan (inflamasi) dan hipereaktifnya sistem kekebalan tubuh pada individu tersebut.
Pengobatan pada asma memiliki tujuan untuk mengurangi gejala-gejala seminimal mungkin agar penderita asma dapat beraktifitas optimal dalam kehidupannya sehari-hari. Selain itu juga ditujukan untuk mencegah penyumbatan pada paru-paru akibat penyempitan bronkus yang bersifat kronik.
Pencegahan selalu menjadi pilihan utama pada penatalaksanaan asma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan menghindari makanan yang bersifat alergenik, seperti makanan dengan protein tinggi (ikan laut dan telur). Seorang ibu hamil dengan riwayat alergi terhadap jenis makanan tertentu, sebaiknya menghindari untuk mengkonsumsi makanan yang bersifat alergenik tinggi baik pada saat hamil maupun menyusui.
Anak-anak dengan penyakit asma pada usia di atas lima tahun umumnya memiliki riwayat alergi. Beberapa faktor yang dianggap sebagai alergen yang umum di antaranya infeksi virus, makanan, debu rumah, asap, bahkan hingga olahraga yang terlalu berat dan faktor emosional.
Obat-obatan asma ditujukan untuk mengatasi serangan akut serta mencegah serangan berikutnya. Untuk mengatasi serangan biasanya dipakai preparat adrenalin/ephedrine, aerosol, teofilin, antikolinergik dan/atau kortikosteroid.
Pengobatan berbeda-beda tergantung pada jenis dan tipe asma. Pada asma dengan serangan yang jarang, mengi (bunyi ngiik) dapat berlangsung selama 3-4 hari disertai dengan batuk sampai 10-14 hari. Serangan asma ringan ini dapat diobati selaqma 10-14 hari setelah serangan asma reda, agar bronkus yang hiperreaktif dapat teratasi.
Pada serangan asma yang sering, pengobatan dengan bronkodilator diberikan minimal 14 hari dengan kombinasi kortikosteroid kurang dari 5 hari. Saat serangan telah teratasi diberikan obat pencegahan (profilaksis) dengan natrium kromolin aerosol dan/atau ketotifen dan/atau kortikosteroid aerosol.
Pada asma yang berat dan kronik, diberikan kombinasi obat anti peradangan dan bronkodilator selama 6 bulan hingga 2 tahun. Untuk mencegah efek samping obat-obatan tersebut diberikan secara aerosol (dihirup), dengan pengawasan dokter ahli.
Status asmatikus merupakan suatu kondisi asma yang mengancam jiwa. Ditandai dengan sesak nafas yang berkepanjangan dan dapat menyebabkan gagal nafas. Pengobatan di Instalasi Gawat darurat meliputi kombinasi berbagai obat seperti nebulizer, adrenalin, oksigen, kortikosteroid dan teofilin.
Saat ini berbagai teknik melatih pernafasan telah dikembangkan bagi para penderita asma, seperti yoga, dan teknik buteyko. Teknik buteyko difokuskan untuk mengurangi frekuensi nafas dan diusahakan bernafas melalui hidung.
Posisi penderita asma dalam keadaan duduk dengan tegak dengan relaksasi pada otot dada dan otot perut. Bernafas dengan ritme lambat dan dangkal hingga ekspirasi maksimal, lalu tahan nafas selama mungkin dan kemudian dilanjutkan dengan pernafasan lambat.
* dr. Reza Aditya Digambiro, M.Kes, M.Ked(PA), Sp.PA. Pemerhati kesehatan, pengajar pada Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, dan Kepala Pap Smear Center RS Ibnusina DKI Jakarta.
Read More : Pengobatan dan Penatalaksanaan Asma pada Anak.
0 komentar:
Posting Komentar